Masalah terorisme di Indonesia masih menjadi PR bagi Polri untuk diselesaikan. Densus 88 Antiteror Polri berkoordinasi dengan Kedutaan Besar (Kedubes) enam negara untuk menyelidiki dana terorisme yang masuk ke Indonesia.
Hal tersebut dikemukakan oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo. Dedi mengatakan bahwa pihak Densus 88 mengundang enam Dubes tersebut agar bisa saling tukar-menukar informasi mengenai jaringan teroris di Indonesia dan beberapa negara.
"Masing-masing Kedubes ada liason officer-nya di bidang keamanan dan pertahanan," kata Dedi di Jakarta Selatan, Rabu (24/7). "Diundang oleh Densus 88 untuk mengkomunikasikan sekaligus tukar menukar informasi terkait jaringan terorisme di Indonesia dan di beberapa negara."
Sebelumnya, Densus 88 menemukan adanya aliran dana untuk kegiatan kelompok radikal di Indonesia berasal dari Trinidad Tobago, Maldives, Venezuela, Jerman dan Malaysia. Adapun kelompok radikal yang dimaksud adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Info yang saya dapat dalam waktu dekat ini Densus mengundang para perwakilan Kedubes untuk saling tukar informasi," sambung Dedi. "Untuk mengungkap jaringan JAD yang di Indonesia maupun di beberapa negara."
Dedi menjelaskan bahwa dana dari sejumlah negara tersebut dikirimkan kepada teroris Saefulah. Dana ini kemudian diteruskan ke Novendri di Sumatera Barat untuk dialirkan ke kelompok JAD dan MIT.
"Saefulah ini menerima beberapa kiriman dana seperti dari negara Trinidad Tobago sebanyak 6 kali, Maldives dua kali, Venezuela satu kali, Jerman dua kali dan Malaysia satu kali," jelas Dedi. "Uangnya diteruskan Novendri untuk dialirkan ke kelompok JAD dan MIT."
Total dana yang diterima dari jaringan teroris luar negeri jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah. Uang tersebut dikirim secara bertahap sejak Maret 2016 hingga September 2017 melalui Western Union.
Komentar
Posting Komentar